Apa yang Anda pikirkan ketika melihat burung dalam sangkar?
Apakah Anda melihat burung yang indah dan bersuara merdu? Mungkin itu
benar. Tapi, pernahkah terpikir oleh kita, apakah burung itu sebenarnya
senang berada dalam sangkar?
Saya yakin seriang-riangnya burung
tersebut menyanyi dalam sangkar, ia pasti lebih memilih terbang bebas
jika ada kesempatan. Senyaman-nyamannya kurungannya, itu tetap penjara
yang membatasi ruang geraknya. Buat apa diciptakan menjadi binatang
bersayap, tetapi tidak bisa bebas terbang?
Burung dalam kurungan adalah gambaran tentang kehidupan yang
terbatas. Jika kita hidup seperti itu, kita harus bertanya pada diri
kita sendiri, bagaimana itu bisa terjadi? Alkitab lebih suka bicara
tentang apa yang bisa kita lakukan, bukan apa yang tidak kita lakukan.
Herannya, kita justru sering memilih pilihan kedua. Kita lebih mudah
percaya bahwa diri kita tidak bisa melakukan satu hal tertentu daripada
yakin bisa mengerjakannya. Dari situlah, entah bagaimana, sadar atau
tidak, keterbatasan itu pun tercipta dalam diri kita. Memang, kita semua
punya bekas luka dan keterbatasan, baik secara fisik atau karakter.
Tapi, kita tidak boleh dibatasi luka tersebut. Justru dalam kelemahan
itulah, kita harus bersukacita karena Tuhan bisa bekerja sempurna. Tanpa
merasakan kekurangan, orang cenderung menjadi sombong. Orang sombong
tidak akan bisa menangkap apa yang Tuhan mau secara jelas dalam
hidupnya.
Jadikan hidup kita termotivasi oleh kasih-Nya, dan arahkan pandangan
kita kepada-Nya. Dia adalah sumber dari segalanya. Dari Dia sajalah
mengalir segala kemungkinan baik yang dapat kita terima. Kalahkan rasa
takut, bersalah, dan khawatir yang menghantui hidup kita. Izinkan Dia
mengajarkan kita cara hidup sesuai kehendak-Nya dan melengkapi kita
dengan hal-hal yang kita perlukan. Jangan biarkan dunia membatasi ruang
gerak kita. Berpikir dan bertindaklah maksimal, karena Tuhan kita adalah
Tuhan yang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar