Rabu, 22 Agustus 2012

Kemerdekaan Kristen




Beberapa hari yang lalu bangsa Indonesia memperingati kemerdekaannya yang ke-67 dari penjajahan bangsa asing. Bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Indonesia ini, hari ini saya akan berkhotbah tentang kemerdekaan Kristen. Sebuah kemerdekaan yang lebih daripada sekedar kebebasan yang bersifat jasmani dan sementara. Fakta membuktikan bahwa ada banyak negara tidak lagi dijajah oleh bangsa lain tetapi tetap belum bisa dikatakan sebagai negara yang merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya. Demikian juga bangsa Indonesia. Kita sudah 67 tahun merdeka dari penjajahan tapi kita tetap masih hidup dalam penjajahan yang tidak kelihatan. Kebodohan, kemiskinan, kejahatan, dll. Alkitab juga membicarakan tentang kemerdekaan tetapi bukan kemerdekaan dari penjajahan/perbudakan secara jasmani. Alkitab membicarakan kemerdekaan secara rohani.
Yoh 8:36 – ”Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."


Ya! Inilah kemerdekan rohani di mana Kristuslah yang memerdekakan kita. Tetapi kalau dikatakan Kristus memerdekakan kita, muncul pertanyaan, Ia memerdekakan kita dari apa?  Kristus memerdekakan kita dari 3 hal :
I.        KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI DOSA.
Sejumlah ayat Alkitab berbicara tentang kemerdekaan dari dosa.
Roma 6:18 : Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Roma 6:22 : Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Mengapa manusia perlu dimerdekakan dari dosa ? Di dalam Yoh 8 Yesus mengajarkan agar orang percaya tetap di dalam firman dan sehingga mereka akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan manusia.
Yoh 8:32 : “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Lalu bagaimana reaksi orang Yahudi?
Yoh 8:33 : Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
Kata-kata orang Yahudi ini rasanya aneh. Bukankah mereka pernah ditindas di Mesir ? Bukankah mereka pernah dibuang ke Babel? Bukankah mereka pernah berada di bawah kekuasaan Persia dan Yunani? Bukankah saat itu mereka di bawah kekuasaan Romawi? Lalu mengapa mereka berkata mereka tidak pernah menjadi hamba siapa pun? Itu berarti bahwa mereka tidak mengatakan hal ini secara politik, karena secara politik mereka sering dijajah. Mereka juga tidak mengatakan hal ini secara sosial, karena secara sosial ada banyak orang Yahudi yang menjadi budak. Mereka mengatakan hal ini secara rohani, karena sebagai keturunan Abraham, mereka punya perjanjian dengan Allah, bahwa mereka adalah umat Allah. Jadi mereka percaya bahwa mereka tidak pernah menjadi hamba siapa pun secara rohani. Lalu Yesus berkata :
Yoh 8:34 - “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
Jadi Yesus menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa mereka sebenarnya mempunyai “false confidence” (keyakinan palsu) bahwa mereka sementara merdeka. Menurut Yesus, semua orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa dan karena semua manusia berbuat dosa (Roma 3:23) maka semua manusia adalah hamba dosa, tanpa kecuali.
Roma 6:17 : Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
Lalu bagaimana sampai manusia bisa menjadi hamba dosa? Kita perlu mengetahui kondisi manusia ini dalam beberapa fase. Manusia pra kejatuhan kondisinya adalah mungkin berdosa, mungkin tidak berdosa. Manusia pasca kejatuhan kondisinya adalah tidak mungkin tidak berdosa. Selanjutnya manusia di dalam Kristus kondisinya adalah mungkin berdosa, mungkin tidak berdosa (kembali ke posisi Adam). Dan akhirnya manusia setelah dimuliakan (di surga) maka kondisinya adalah tidak mungkin berdosa. Jadi manusia pasca kejatuhan adalah manusia yang TIDAK MUNGKIN TIDAK BERDOSA dan akhirnya manusia menjadi hamba dosa. Paulus pernah mengalami kondisi perhambaan dosa semacam ini.
Roma 7:15-21 : (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Semua manusia mengalami gejala seperti ini dan ini membuktikan bahwa semua manusia sementara dijajah dosa/menjadi hamba dosa.
William Barclay - ‘Orang yang berbuat dosa itu tidak berbuat apa yang dia sukai melainkan di berbuat apa yang dosa sukai. Orang dapat membiarkan suatu kebiasaan mengekang dia sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa terlepas daripadanya. Dia dapat membiarkan suatu kesukaan (kebiasaan) menguasai dia sepenuhnya sehingga dia tidak bisa hidup tanpa itu. Dia bisa membiarkan suatu sikap mengalah terhadap kesukaan hati sendiri sehingga dia menjadi tidak berdaya lagi untuk lepas dari itu. Akhirnya dia sampai pada suatu keadaan seperti yang dikatakan oleh Socrates di mana dia mencintai dan sekaligus membenci dosa’.
Sewaktu kuliah dulu di Sekolah Teologia, saya mempunyai seorang teman. Teman saya ini walaupun sudah bersekolah Teologia, namun ia masih saja diikat dengan dosa tertentu di mana ia mempunyai kelainan seksual. Setiap kali ia melihat bantal guling maka nafsunya seksualnya makin menjadi-jadi. Dan karena itu bantal guling teman-teman banyak yang hilang. Hal yang sama terjadi ketika ia pergi ke tempat pelayanan di gereja. Ia pernah mencuri bantal guling tetangga yang dijemur di halaman. Ia sadar bahwa ini sesuatu yang tidak beres tetapi semakin ia berusaha untuk membuang semua itu, semakin saja ia terikat dengan itu dan tak mampu melepaskan diri. Dalam keadaan yang frustrasi, suatu hari ia keluar asrama dan pergi tidur dengan pelacur. Setelah itu dengan bangganya ia pulang dan mengumumkan pada kami semua bahwa ia baru saja tidur dengan pelacur. Ia menjadi begitu frustrasi dan lalu mengambil pisau dan menggores pantatnya sendiri dengan angka 666. Ia akhirnya diberhentikan dari Sekolah Teologia tetapi ia mengaku melakukan semua itu karena ia frustrasi dengan dirinya yang tak pernah berhasil melepaskan dirinya dari kebiasaan buruk/dosa itu. Inilah situasinya di mana orang berada di bawah kuasa dosa, menjadi hamba dosa di mana orang seringkali melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan.
William Barclay : ‘Begitu jauh orang berdosa melakukan apa yang dia sukai, maka dia telah kehilangan kekuatan untuk melakukan apa yang dia sukai. Dia menjadi budak dari kebiasaan-kebiasaannya, sikap mengalah terhadap kesukaan hati sendiri, kesenangan-kesenangan yang keliru telah menguasai dia. Justru inilah soal yang dikemukakan Yesus. Tidak ada seorang yang berdosa bisa dikatakan merdeka’.
Jadi semua manusia sebenarnya sementara diperbudak oleh dosa. Tetapi Alkitab berkata : ‘Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran’ (Roma 6:18). Jelas yang memerdekakan kita dari dosa adalah Kristus sendiri. Dengan cara apa ? Kematian dan kebangkitan-Nya (sesuai konteks Roma 6). Dengan kematian dan kebangkitan-Nya maka orang yang percaya kepada Dia juga harus turut mati dan turut dibangkitkan bersama-sama dengan Dia.
Roma 6:5-6 : ‘Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Roma 8:36 : ‘Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Jadi dengan kematian dan kebangkitan Yesus, orang percaya sudah dimerdekakan dari dosa. Kita adalah orang merdeka. Apa yang harus kita lakukan ? Jangan berbuat dosa lagi dan bertumbuh dalam pengudusan.
1 Pet 2:16 : Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Gal 5:13 : Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Roma 6:22 : Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Ini bukan berarti kita tidak mungkin berbuat dosa lagi. Kita tentu bisa berbuat dosa/jatuh dalam dosa tetapi kita tidak boleh hidup dalam dosa. Sebaliknya kita berusaha untuk bertumbuh dalam pengudusan.
II.      KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI MAUT.
Bagian ini mempunyai hubungan yang erat dengan bagian pertama karena dosa berkaitan dengan maut. Alkitab berkata bahwa upah dosa ialah maut (Roma 6 :23). Meskipun demikian, dosa tetap dibedakan dari maut. Selain dari dosa, Kristus juga memerdekakan kita dari maut.
Ibr 2:15 : ‘dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
Roma 8:1-2 : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Maut/kematian ini masuk ke dalam dunia sebagai akibat dosa. Allah tidak merancang kematian sebagai sesuatu yang natural. Perhatikan ayat berikut :
Kej 2:16-17 : Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Jadi kematian adalah akibat dosa. Tidak ada dosa maka tidak ada kematian.
Sepanjang sejarah, manusia tidak bisa lepas dari kuasa kematian ini. Tidak ada orang yang bisa menghindar dari kematian ini. Ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’ Pelayan itu menjawab : ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya : ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab : ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’. Jadi rupanya si pelayan tadi bukannya lari menjauh dari kematian malah ia lari mendekat kepada kematian. Benar! Tidak ada orang yang bisa menghindar dari kematian.
Maut/kematian dalam Alkitab ada 3 jenis yakni kematian jasmani (berpisahnya tubuh dan roh), kematian rohani (terpisah dari Allah) dan kematian kekal (neraka). Dan setiap manusia harus mengalami 3 jenis kematian ini tetapi syukur kepada Allah bahwa di dalam Kristus, orang percaya dimerdekakan dari maut/kematian. Pada waktu kita percaya pada Kristus maka kita tidak lagi mati secara rohani (merdeka dari kematian rohani).
Efs 2:1,4-5 : (1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan.
Pada waktu kita percaya kepada Kristus, kita juga tidak dimasukkan ke neraka lagi (merdeka dari kematian kekal).
Roma 8:1 : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Efs 2:6 : dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.
Lalu bagaimana dengan kematian jasmani? Ternyata kita masih tetap harus mengalaminya. Mengapa?  Entahlah, tapi yang pasti Allah menjadikan kematian jasmani ini sebagai jalan untuk menuju ke surga. Maka kematian jasmani yang dialami orang percaya bukan lagi sebagai hukuman dosa melainkan sebagai gerbang menuju surga. Itulah sebabnya Paulus berkata “mati adalah keuntungan bagiku”. (Fil 1:21). Jadi dapat juga dikatakan bahwa kita memang telah dimerdekakan oleh Kristus dari maut. Dengan cara apa? Kematian dan kebangkitan Kristus! Tentang kematian, seseorang pernah berkata : “Kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang membawa kematian kepada kematian” dan ketika membahas tentang kebangkitan, Paulus berkata menulis : “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Kor 15 :5). Karena itu orang Kristen yang sejati tidak boleh takut pada kematian. Juga orang Kristen yang sejati tidak boleh larut dalam kesedihan yang berlebihan dari kematian orang-orang percaya yang mereka kasihi. Kematian memang memisahkan kita dari orang-orang yang kita kasihi tetapi mempertemukan kita dengan Allah dan kekasih-kekasih kita yang terlebih dahulu mati. Lebih bahagia manakah? Karena itu kematian memang menyedihkan di satu sisi tapi di sisi yang lain adalah kebahagiaan yang perlu disambut dengan rasa syukur.
Wah 14:13 : Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."
III.    KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI HUKUM TAURAT.
Kristus juga memerdekakan kita dari hukum Taurat.
Roma 7:6 : Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.
Hukum Taurat itu berisi perintah-perintah dan larangan-larangan untuk mengatur hidup manusia. Supaya manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat.
Roma 2:17-20 : (17) Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, (18) dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, (19) dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, (20) pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran”.
Menariknya, Tuhan tahu bahwa manusia tidak mungkin bisa mentaati Taurat secara sempurna tapi Ia memberikan Hukum Taurat  juga. Mengapa? Supaya Israel tahu bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk taat sempurna malah sebaliknya menunjukkan betapa bejatnya dan berdosanya mereka. Perhatikan sejumlah ayat berikut ini :
Rom 3:19-20 : Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Rom 4:15 : Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
Rom 5:13, 20 : (13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (20) - Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.
Rom 7:7 : Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!".
Jadi Hukum Taurat diberikan bukan supaya manusia bisa mentaatinya secara sempurna agar mereka diselamatkan tapi untuk membuktikan bahwa manusia tidak bisa mentaatinya secara sempurna dan karenanya manusia sadar bahwa mengharapkan keselamatan dari Hukum Taurat adalah sia-sia. Mengapa sia-sia ? Karena 1 pelanggaran saja terhadap Hukum Taurat akan dianggap pelanggaran terhadap seluruhnya sebagaimana yang dikatakan Yak 2:10-11 :
Yak 2:10-11 : (10) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.
Jadi biarpun anda bisa mentaati Hukum Taurat 99% dan melanggar 1% saja, anda tetap dianggap sebagai pelanggar Hukum Taurat. Hukum Taurat dapat diibaratkan seperti cermin yang hanya berfungsi untuk memperlihatkan kotoran pada wajah tapi tidak bisa dipakai untuk membersihkan kotoran itu. Maka manusia yang hidup di bawah Hukum Taurat hanyalah manusia yang akan mendapati dirinya penuh dengan pelanggaran-pelanggaran tanpa harapan untuk bisa diselamatkan. Kristus melalui kematian-Nya memerdekakan/membebaskan kita dari Hukum Taurat. Artinya kita yang percaya dibebaskan dari satu sistem ketaatan mutlak pada Taurat untuk memperoleh keselamatan. Dengan kata lain, untuk diselamatkan, kita tidak lagi menempuh jalur Taurat yakni taat sempurna terhadap semua perintah dan larangan dalam Hukum Taurat melainkan hanya melalui jalur iman kepada Kristus Yesus.
Gal 2:16 : “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Bandingkan juga dengan
Rom 3:27-28 : (27) “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!  (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Banyak orang berpikir bahwa mereka harus berbuat ini dan itu atau jangan berbuat ini dan itu supaya mereka bisa selamat. Ini tuntutan Taurat ! Dan tuntutan ini sudah dibatalkan oleh kematian Kristus.
Efs 2:15 : sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, …’
Karena itu, untuk diselamatkan, kita hanya perlu percaya kepada Kristus dan tidak perlu berbuat ini dan itu atau menjauhi ini dan itu. Itu hukum lama yang sudah tidak berlaku. Kita sudah dibebaskan dari Hukum Taurat. Iman saja cukup! (SOLA FIDE).
Kalau begitu, bagaimana sikap orang Kristen terhadap Hukum Taurat ? Di dalam Hukum Taurat terdapat 2 macam hukum yakni Moral Law (Hukum Moral) seperti jangan membunuh, jangan berzinah, dll. Moral Law ini harus tetap kita lakukan tapi bukan sebagai syarat untuk keselamatan melainkan sebagai buah dari keselamatan kita. Jadi kita harus tetap taat kepada Moral Law ini dan berbuat baik karena Yakobus berkata “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17) dan “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Tetapi sekali lagi, ketaatan itu harus dilihat sebagai buah dari keselamatan kita dan bukan syarat bagi keselamatan kita. Selanjutnya ada Ceremonial Law atau Hukum Upacara yakni berbagai aturan yang berhubungan dengan peribadatan orang Israel seperti korban-korban, dll. Yang ini memang haruslah dibuang dan tidak berlaku lagi.
Beberapa hal yang tidak berlaku lagi antara lain masalah sunat.
Gal 5:1-6: (1) Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (2) Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (4) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. (6) Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
Beberapa ayat lain yang menunjukkan bahwa sunat sudah tidak lagi menjadi kewajiban agama bagi orang percaya antara lain :
Gal 6:15 : Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.
Rom 2:25-29 : (25) Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. (26) Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? (27) Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat. (28) Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. (29) Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
1 Kor 7:18-19 :  (18) Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. (19) Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
Fil 3:2-3 : (2) Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, (3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Karenanya bagi orang percaya kita tidak perlu dan tidak boleh bersunat (demi alasan teologis) karena sunat tidak mempunyai arti apa-apa bagi seorang yang telah berada dalam Kristus. Yesus sendiri memang bersunat tetapi ingat bahwa Yesus hidup dalam zaman Perjanjian Lama dan karenanya Ia sendiri mentaati Hukum Taurat tetapi bagi kita yang sudah hidup dalam zaman Perjanjian Baru (setelah kematian dan kebangkitan Kristus) maka hal itu sama sekali tidak diperbolehkan. Justru dengan bersunat  maka kita menjadikan Kristus tidak berguna bagi kita.
Gal 5:2 : Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Hal lain yang tidak berlaku lagi adalah masalah makanan & perayaan.
Kol 2:16-17, 20-22 – (16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
Karena itu maka hukum makanan halal dan haram sudah tidak berlaku lagi pada zaman Perjanjian Baru. Bahwa hukum halal haram ini sudah tidak berlaku juga ditunjukkan lewat pengalaman Petrus dalam Kis 10:10-16.
Kis 10:10-16 : (10) Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. (12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!" (14) Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
Yesus sendiri pernah berkata :
Mat 15:11 : "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
Mark 7:18-19 : (18) “… Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, (19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Karena itu bagi orang Kristen tidak ada lagi hukum haram halal. Semua sudah boleh dimakan seperti Se’i babi,  RW, dll. Kalau kita tidak mau memakan makanan tertentu tidaklah masalah tapi asal jangan karena alasan yang bersifat teologis.
Hal lain lagi yang sudah tidak berlaku lagi adalah sistem korban binatang.
Ibr 10:1, 10 : (1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Karena itu orang Kristen tidak perlu lagi melakukan korban-korban binatang seperti yang masih dilakukan oleh agama-agama tertentu. Bukan hanya tidak perlu, bahkan tidak boleh karena itu adalah penghinaan terhadap korban Kristus. Dan itu dosa! Semua korban binatang di dalam Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang. Kristusnya sudah datang dan memerdekakan kita, untuk apa perlu mempertahankan bayang-bayangnya lagi?
Saya berikan contoh! Andaikata pacar saya sementara kuliah di London dan ia hanya meninggalkan selembar fotonya (gambar) untuk saya. Dan setiap kali saya merindukannya, saya melihat foto/gambarnya, tersenyum pada foto/gambar itu bahkan menciumnya. Begitu yang saya lakukan bertahun-tahun hingga pacar saya itu pulang. Sekarang ia sudah ada di samping saya. Ya, realitanya sudah ada di samping saya. Jika orangnya/realitanya sudah ada di samping saya, apakah saya masih perlu foto/gambarnya? Apakah saya harus terus tersenyum dan mencium foto/gambarnya, sedangkan yang aslinya ada di samping saya? Mengapa saya tidak tersenyum dan mencium yang aslinya saja? Demikianlah semua korban binatang dalam Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang dari Kristus yang adalah realita yang sesungguhnya dan karena itu kalau Kristusnya sudah datang maka kita tidak memerlukan korban-korban binatang itu lagi. Penulis surat Ibrani berkata :
Ibr 10:18-19 : “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibr 10:4). Juga : “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,…”
Era Hukum Taurat sudah berlalu dan sekarang kita hidup bukan di bawah Taurat melainkan di bawah kasih karunia karena Kristus. Karena itu, andalkan Kristus sajalah untuk keselamatan anda dengan cara beriman sungguh-sungguh kepada Dia. Jangan andalkan ketaatan anda, jangan andalkan perbuatan baik anda, jangan andalkan amal anda! Itu bukan hanya tidak berlaku lagi tetapi mustahil! Anda justru akan pergi ke neraka karena semua perbuatan baik anda itu hanyalah kotoran di hadapan Tuhan.
Yes 64:6 : “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; …”.
Sekali lagi andalkan Kristus saja untuk keselamatan dan anda pun akan benar-benar merdeka.
Yoh 8:36 : “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
 

2 komentar:

  1. MANTAP !!! *4jempol. Ijin copas ya buat 'amunisi' kalo 'ditembak' buat sharing di kampus :) thanks God buat kebenaran firmanMu ;) thanks juga bro udah mengulik2 & menggabungkannya, hahaha

    BalasHapus