Beberapa hari yang lalu bangsa Indonesia
memperingati kemerdekaannya yang ke-67 dari penjajahan bangsa asing.
Bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Indonesia ini, hari ini saya
akan berkhotbah tentang kemerdekaan Kristen. Sebuah kemerdekaan yang
lebih daripada sekedar kebebasan yang bersifat jasmani dan sementara.
Fakta membuktikan bahwa ada banyak negara tidak lagi dijajah oleh bangsa
lain tetapi tetap belum bisa dikatakan sebagai negara yang merdeka
dalam pengertian yang sesungguhnya. Demikian juga bangsa Indonesia. Kita
sudah 67 tahun merdeka dari penjajahan tapi kita tetap masih hidup
dalam penjajahan yang tidak kelihatan. Kebodohan, kemiskinan, kejahatan,
dll. Alkitab juga membicarakan tentang kemerdekaan tetapi bukan
kemerdekaan dari penjajahan/perbudakan secara jasmani. Alkitab
membicarakan kemerdekaan secara rohani.
Yoh 8:36 – ”Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Ya! Inilah kemerdekan
rohani di mana Kristuslah yang memerdekakan kita. Tetapi kalau dikatakan
Kristus memerdekakan kita, muncul pertanyaan, Ia memerdekakan kita dari
apa? Kristus memerdekakan kita dari 3 hal :
I. KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI DOSA.
Sejumlah ayat Alkitab berbicara tentang kemerdekaan dari dosa.
Roma 6:18 : Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Roma 6:22 : Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa
dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa
kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Mengapa manusia perlu dimerdekakan dari dosa ? Di
dalam Yoh 8 Yesus mengajarkan agar orang percaya tetap di dalam firman
dan sehingga mereka akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan
memerdekakan manusia.
Yoh 8:32 : “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Lalu bagaimana reaksi orang Yahudi?
Yoh 8:33 : Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
Kata-kata orang Yahudi ini rasanya aneh. Bukankah
mereka pernah ditindas di Mesir ? Bukankah mereka pernah dibuang
ke Babel? Bukankah mereka pernah berada di bawah kekuasaan Persia dan
Yunani? Bukankah saat itu mereka di bawah kekuasaan Romawi? Lalu mengapa
mereka berkata mereka tidak pernah menjadi hamba siapa pun? Itu berarti
bahwa mereka tidak mengatakan hal ini secara politik, karena secara
politik mereka sering dijajah. Mereka juga tidak mengatakan hal ini
secara sosial, karena secara sosial ada banyak orang Yahudi yang menjadi
budak. Mereka mengatakan hal ini secara rohani, karena sebagai
keturunan Abraham, mereka punya perjanjian dengan Allah, bahwa mereka
adalah umat Allah. Jadi mereka percaya bahwa mereka tidak pernah menjadi
hamba siapa pun secara rohani. Lalu Yesus berkata :
Yoh 8:34 - “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
Jadi Yesus menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa mereka sebenarnya mempunyai “false confidence” (keyakinan
palsu) bahwa mereka sementara merdeka. Menurut Yesus, semua orang yang
berbuat dosa adalah hamba dosa dan karena semua manusia berbuat dosa
(Roma 3:23) maka semua manusia adalah hamba dosa, tanpa kecuali.
Roma 6:17 : Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
Lalu bagaimana sampai manusia bisa
menjadi hamba dosa? Kita perlu mengetahui kondisi manusia ini dalam
beberapa fase. Manusia pra kejatuhan kondisinya adalah mungkin berdosa, mungkin tidak berdosa. Manusia pasca kejatuhan kondisinya adalah tidak mungkin tidak berdosa. Selanjutnya manusia di dalam Kristus kondisinya adalah mungkin berdosa, mungkin tidak berdosa (kembali ke posisi Adam). Dan akhirnya manusia setelah dimuliakan (di surga) maka kondisinya adalah tidak mungkin berdosa. Jadi manusia pasca kejatuhan adalah manusia yang TIDAK MUNGKIN TIDAK BERDOSA dan akhirnya manusia menjadi hamba dosa. Paulus pernah mengalami kondisi perhambaan dosa semacam ini.
Roma 7:15-21 : (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam
aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa
yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa
yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Semua manusia mengalami gejala seperti ini dan ini membuktikan bahwa semua manusia sementara dijajah dosa/menjadi hamba dosa.
William Barclay - ‘Orang
yang berbuat dosa itu tidak berbuat apa yang dia sukai melainkan di
berbuat apa yang dosa sukai. Orang dapat membiarkan suatu kebiasaan
mengekang dia sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa terlepas
daripadanya. Dia dapat membiarkan suatu kesukaan (kebiasaan) menguasai
dia sepenuhnya sehingga dia tidak bisa hidup tanpa itu. Dia bisa
membiarkan suatu sikap mengalah terhadap kesukaan hati sendiri sehingga
dia menjadi tidak berdaya lagi untuk lepas dari itu. Akhirnya dia sampai
pada suatu keadaan seperti yang dikatakan oleh Socrates di mana dia
mencintai dan sekaligus membenci dosa’.
Sewaktu kuliah dulu di
Sekolah Teologia, saya mempunyai seorang teman. Teman saya ini walaupun
sudah bersekolah Teologia, namun ia masih saja diikat dengan dosa
tertentu di mana ia mempunyai kelainan seksual. Setiap kali ia melihat
bantal guling maka nafsunya seksualnya makin menjadi-jadi. Dan karena
itu bantal guling teman-teman banyak yang hilang. Hal yang sama terjadi
ketika ia pergi ke tempat pelayanan di gereja. Ia pernah mencuri bantal
guling tetangga yang dijemur di halaman. Ia sadar bahwa ini sesuatu yang
tidak beres tetapi semakin ia berusaha untuk membuang semua itu,
semakin saja ia terikat dengan itu dan tak mampu melepaskan diri. Dalam
keadaan yang frustrasi, suatu hari ia keluar asrama dan pergi tidur
dengan pelacur. Setelah itu dengan bangganya ia pulang dan mengumumkan
pada kami semua bahwa ia baru saja tidur dengan pelacur. Ia menjadi
begitu frustrasi dan lalu mengambil pisau dan menggores pantatnya
sendiri dengan angka 666. Ia akhirnya diberhentikan dari Sekolah
Teologia tetapi ia mengaku melakukan semua itu karena ia frustrasi
dengan dirinya yang tak pernah berhasil melepaskan dirinya dari
kebiasaan buruk/dosa itu. Inilah situasinya di mana orang berada di
bawah kuasa dosa, menjadi hamba dosa di mana orang seringkali melakukan
apa yang tidak ingin ia lakukan.
William Barclay : ‘Begitu
jauh orang berdosa melakukan apa yang dia sukai, maka dia telah
kehilangan kekuatan untuk melakukan apa yang dia sukai. Dia menjadi
budak dari kebiasaan-kebiasaannya, sikap mengalah terhadap kesukaan hati
sendiri, kesenangan-kesenangan yang keliru telah menguasai dia. Justru
inilah soal yang dikemukakan Yesus. Tidak ada seorang yang berdosa bisa dikatakan merdeka’.
Jadi semua manusia sebenarnya sementara diperbudak oleh dosa. Tetapi Alkitab berkata : ‘Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran’
(Roma 6:18). Jelas yang memerdekakan kita dari dosa adalah Kristus
sendiri. Dengan cara apa ? Kematian dan kebangkitan-Nya (sesuai
konteks Roma 6). Dengan kematian dan kebangkitan-Nya maka orang yang
percaya kepada Dia juga harus turut mati dan turut dibangkitkan
bersama-sama dengan Dia.
Roma 6:5-6 : ‘Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan,
supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan
diri lagi kepada dosa.
Roma 8:36 : ‘Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Jadi dengan kematian dan
kebangkitan Yesus, orang percaya sudah dimerdekakan dari dosa. Kita
adalah orang merdeka. Apa yang harus kita lakukan ? Jangan berbuat
dosa lagi dan bertumbuh dalam pengudusan.
1 Pet 2:16 : Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Gal 5:13 : Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Roma 6:22 : Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Ini bukan berarti kita
tidak mungkin berbuat dosa lagi. Kita tentu bisa berbuat dosa/jatuh
dalam dosa tetapi kita tidak boleh hidup dalam dosa. Sebaliknya
kita berusaha untuk bertumbuh dalam pengudusan.
II. KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI MAUT.
Bagian ini mempunyai
hubungan yang erat dengan bagian pertama karena dosa berkaitan dengan
maut. Alkitab berkata bahwa upah dosa ialah maut (Roma 6 :23).
Meskipun demikian, dosa tetap dibedakan dari maut. Selain dari dosa,
Kristus juga memerdekakan kita dari maut.
Ibr 2:15 : ‘dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
Roma 8:1-2 : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Maut/kematian ini masuk
ke dalam dunia sebagai akibat dosa. Allah tidak merancang kematian
sebagai sesuatu yang natural. Perhatikan ayat berikut :
Kej 2:16-17 : Lalu
TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam
taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Jadi kematian adalah akibat dosa. Tidak ada dosa maka tidak ada kematian.
Sepanjang sejarah, manusia tidak bisa
lepas dari kuasa kematian ini. Tidak ada orang yang bisa menghindar dari
kematian ini. Ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad.
Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali
dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’ Pelayan itu menjawab : ‘Tuan,
aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan
tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku
kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra.
Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke
kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota
untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya : ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab : ‘Aku
tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota
Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia
malam ini di kota Samarra’. Jadi rupanya si pelayan tadi bukannya
lari menjauh dari kematian malah ia lari mendekat kepada kematian.
Benar! Tidak ada orang yang bisa menghindar dari kematian.
Maut/kematian dalam Alkitab ada 3
jenis yakni kematian jasmani (berpisahnya tubuh dan roh), kematian
rohani (terpisah dari Allah) dan kematian kekal (neraka). Dan setiap
manusia harus mengalami 3 jenis kematian ini tetapi syukur kepada Allah
bahwa di dalam Kristus, orang percaya dimerdekakan dari maut/kematian.
Pada waktu kita percaya pada Kristus maka kita tidak lagi mati secara
rohani (merdeka dari kematian rohani).
Efs 2:1,4-5 : (1) Kamu dahulu sudah mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (4) Tetapi Allah yang
kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, (5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan.
Pada waktu kita percaya kepada Kristus, kita juga tidak dimasukkan ke neraka lagi (merdeka dari kematian kekal).
Roma 8:1 : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Efs 2:6 : dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.
Lalu bagaimana dengan kematian jasmani?
Ternyata kita masih tetap harus mengalaminya. Mengapa? Entahlah,
tapi yang pasti Allah menjadikan kematian jasmani ini sebagai jalan
untuk menuju ke surga. Maka kematian jasmani yang dialami orang percaya
bukan lagi sebagai hukuman dosa melainkan sebagai gerbang menuju surga.
Itulah sebabnya Paulus berkata “mati adalah keuntungan bagiku”. (Fil
1:21). Jadi dapat juga dikatakan bahwa kita memang telah dimerdekakan
oleh Kristus dari maut. Dengan cara apa? Kematian dan kebangkitan
Kristus! Tentang kematian, seseorang pernah berkata : “Kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang membawa kematian kepada kematian” dan ketika membahas tentang kebangkitan, Paulus berkata menulis : “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Kor 15 :5). Karena itu orang
Kristen yang sejati tidak boleh takut pada kematian. Juga orang Kristen
yang sejati tidak boleh larut dalam kesedihan yang berlebihan dari
kematian orang-orang percaya yang mereka kasihi. Kematian memang
memisahkan kita dari orang-orang yang kita kasihi tetapi mempertemukan
kita dengan Allah dan kekasih-kekasih kita yang terlebih dahulu mati.
Lebih bahagia manakah? Karena itu kematian memang menyedihkan di satu
sisi tapi di sisi yang lain adalah kebahagiaan yang perlu disambut
dengan rasa syukur.
Wah 14:13 : Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan,
sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh
beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka
menyertai mereka."
III. KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI HUKUM TAURAT.
Kristus juga memerdekakan kita dari hukum Taurat.
Roma 7:6 : Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat,
sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita
sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan
lama menurut huruf hukum Taurat.
Hukum Taurat itu berisi
perintah-perintah dan larangan-larangan untuk mengatur hidup manusia.
Supaya manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat.
Roma 2:17-20 : (17) Tetapi, jika kamu
menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat,
bermegah dalam Allah, (18) dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena
diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang
tidak, (19) dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan
terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, (20) pendidik orang bodoh,
dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau
memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran”.
Menariknya, Tuhan tahu bahwa manusia
tidak mungkin bisa mentaati Taurat secara sempurna tapi Ia memberikan
Hukum Taurat juga. Mengapa? Supaya Israel tahu bahwa tidak mungkin
bagi mereka untuk taat sempurna malah sebaliknya menunjukkan betapa
bejatnya dan berdosanya mereka. Perhatikan sejumlah ayat berikut ini :
Rom 3:19-20 : Tetapi kita tahu, bahwa
segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada
mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Rom 4:15 : Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
Rom 5:13, 20 : (13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (20) - Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.
Rom 7:7 : Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!".
Jadi Hukum Taurat diberikan bukan supaya manusia bisa mentaatinya secara sempurna agar mereka diselamatkan tapi untuk membuktikan bahwa manusia tidak bisa mentaatinya secara sempurna
dan karenanya manusia sadar bahwa mengharapkan keselamatan dari Hukum
Taurat adalah sia-sia. Mengapa sia-sia ? Karena 1 pelanggaran saja
terhadap Hukum Taurat akan dianggap pelanggaran terhadap seluruhnya
sebagaimana yang dikatakan Yak 2:10-11 :
Yak 2:10-11 : (10) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
(11) Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga:
"Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka
kamu menjadi pelanggar hukum juga.
Jadi biarpun anda bisa
mentaati Hukum Taurat 99% dan melanggar 1% saja, anda tetap dianggap
sebagai pelanggar Hukum Taurat. Hukum Taurat dapat diibaratkan seperti
cermin yang hanya berfungsi untuk memperlihatkan kotoran pada wajah tapi
tidak bisa dipakai untuk membersihkan kotoran itu. Maka manusia yang hidup di bawah Hukum Taurat
hanyalah manusia yang akan mendapati dirinya penuh dengan
pelanggaran-pelanggaran tanpa harapan untuk bisa diselamatkan. Kristus
melalui kematian-Nya memerdekakan/membebaskan kita dari Hukum Taurat.
Artinya kita yang percaya dibebaskan dari satu sistem ketaatan mutlak
pada Taurat untuk memperoleh keselamatan. Dengan kata lain, untuk
diselamatkan, kita tidak lagi menempuh jalur Taurat yakni taat sempurna
terhadap semua perintah dan larangan dalam Hukum Taurat melainkan hanya melalui jalur iman kepada Kristus Yesus.
Gal 2:16 : “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Bandingkan juga dengan
Rom 3:27-28 : (27) “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Banyak orang berpikir bahwa mereka harus berbuat ini dan itu atau jangan berbuat ini dan itu supaya mereka bisa selamat. Ini tuntutan Taurat ! Dan tuntutan ini sudah dibatalkan oleh kematian Kristus.
Efs 2:15 : sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, …’
Karena itu, untuk diselamatkan, kita
hanya perlu percaya kepada Kristus dan tidak perlu berbuat ini dan itu
atau menjauhi ini dan itu. Itu hukum lama yang sudah tidak berlaku. Kita
sudah dibebaskan dari Hukum Taurat. Iman saja cukup! (SOLA FIDE).
Kalau begitu, bagaimana sikap orang Kristen terhadap Hukum Taurat ? Di dalam Hukum Taurat terdapat 2 macam hukum yakni Moral Law (Hukum Moral) seperti jangan membunuh, jangan berzinah, dll. Moral Law
ini harus tetap kita lakukan tapi bukan sebagai syarat untuk
keselamatan melainkan sebagai buah dari keselamatan kita. Jadi kita
harus tetap taat kepada Moral Law ini dan berbuat baik karena Yakobus berkata “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17) dan “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26).
Tetapi sekali lagi, ketaatan itu harus dilihat sebagai buah dari
keselamatan kita dan bukan syarat bagi keselamatan kita. Selanjutnya ada
Ceremonial Law atau Hukum Upacara yakni berbagai aturan
yang berhubungan dengan peribadatan orang Israel seperti korban-korban,
dll. Yang ini memang haruslah dibuang dan tidak berlaku lagi.
Beberapa hal yang tidak berlaku lagi antara lain masalah sunat.
Gal 5:1-6: (1) Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu
berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (2)
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
(3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan
dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (4) Kamu lepas
dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat;
kamu hidup di luar kasih karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan karena iman,
kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. (6) Sebab bagi
orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak
bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh
kasih.
Beberapa ayat lain yang menunjukkan bahwa sunat sudah tidak lagi menjadi kewajiban agama bagi orang percaya antara lain :
Gal 6:15 : Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.
Rom 2:25-29 : (25) Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
(26) Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan
hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
(27) Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan
hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan
sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat. (28) Sebab yang disebut
Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. (29) Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
1 Kor 7:18-19 : (18) Kalau
seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha
meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam
keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. (19) Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
Fil 3:2-3 : (2) Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, (3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Karenanya bagi orang percaya kita tidak
perlu dan tidak boleh bersunat (demi alasan teologis) karena sunat tidak
mempunyai arti apa-apa bagi seorang yang telah berada dalam Kristus.
Yesus sendiri memang bersunat tetapi ingat bahwa Yesus hidup dalam zaman
Perjanjian Lama dan karenanya Ia sendiri mentaati Hukum Taurat tetapi
bagi kita yang sudah hidup dalam zaman Perjanjian Baru (setelah kematian
dan kebangkitan Kristus) maka hal itu sama sekali tidak diperbolehkan.
Justru dengan bersunat maka kita menjadikan Kristus tidak berguna
bagi kita.
Gal 5:2 : Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Hal lain yang tidak berlaku lagi adalah masalah makanan & perayaan.
Kol 2:16-17, 20-22 – (16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan
dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (20) Apabila
kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh
dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;
(22) semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan
hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
Karena itu maka hukum makanan halal dan
haram sudah tidak berlaku lagi pada zaman Perjanjian Baru. Bahwa hukum
halal haram ini sudah tidak berlaku juga ditunjukkan lewat pengalaman
Petrus dalam Kis 10:10-16.
Kis 10:10-16 : (10) Ia merasa lapar
dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya
diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah
suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya,
yang diturunkan ke tanah. (12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis
binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah
olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah
dan makanlah!" (14) Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
Yesus sendiri pernah berkata :
Mat 15:11 : "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
Mark 7:18-19 : (18) “… Tidak tahukah
kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak
dapat menajiskannya, (19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke
dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Karena itu bagi orang Kristen tidak ada
lagi hukum haram halal. Semua sudah boleh dimakan seperti Se’i
babi, RW, dll. Kalau kita tidak mau memakan makanan tertentu
tidaklah masalah tapi asal jangan karena alasan yang bersifat teologis.
Hal lain lagi yang sudah tidak berlaku lagi adalah sistem korban binatang.
Ibr 10:1, 10 : (1) Di dalam
hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan
datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena
itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus
dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang
datang mengambil bagian di dalamnya. (10) Dan karena kehendak-Nya inilah
kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan
tubuh Yesus Kristus.
Karena itu orang Kristen tidak perlu
lagi melakukan korban-korban binatang seperti yang masih dilakukan oleh
agama-agama tertentu. Bukan hanya tidak perlu, bahkan tidak boleh karena
itu adalah penghinaan terhadap korban Kristus. Dan itu dosa! Semua
korban binatang di dalam Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang.
Kristusnya sudah datang dan memerdekakan kita, untuk apa perlu
mempertahankan bayang-bayangnya lagi?
Saya berikan contoh! Andaikata pacar
saya sementara kuliah di London dan ia hanya meninggalkan selembar
fotonya (gambar) untuk saya. Dan setiap kali saya merindukannya, saya
melihat foto/gambarnya, tersenyum pada foto/gambar itu bahkan
menciumnya. Begitu yang saya lakukan bertahun-tahun hingga pacar saya
itu pulang. Sekarang ia sudah ada di samping saya. Ya, realitanya sudah
ada di samping saya. Jika orangnya/realitanya sudah ada di samping saya,
apakah saya masih perlu foto/gambarnya? Apakah saya harus terus
tersenyum dan mencium foto/gambarnya, sedangkan yang aslinya ada di
samping saya? Mengapa saya tidak tersenyum dan mencium yang aslinya
saja? Demikianlah semua korban binatang dalam Perjanjian Lama hanyalah
bayang-bayang dari Kristus yang adalah realita yang sesungguhnya dan
karena itu kalau Kristusnya sudah datang maka kita tidak memerlukan
korban-korban binatang itu lagi. Penulis surat Ibrani berkata :
Ibr 10:18-19 : “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibr 10:4). Juga : “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,…”
Era Hukum Taurat
sudah berlalu dan sekarang kita hidup bukan di bawah Taurat melainkan di
bawah kasih karunia karena Kristus. Karena itu, andalkan Kristus
sajalah untuk keselamatan anda dengan cara beriman sungguh-sungguh
kepada Dia. Jangan andalkan ketaatan anda, jangan andalkan perbuatan
baik anda, jangan andalkan amal anda! Itu bukan hanya tidak berlaku lagi
tetapi mustahil! Anda justru akan pergi ke neraka karena semua
perbuatan baik anda itu hanyalah kotoran di hadapan Tuhan.
Yes 64:6 : “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; …”.
Sekali lagi andalkan Kristus saja untuk keselamatan dan anda pun akan benar-benar merdeka.
Yoh 8:36 : “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
MANTAP !!! *4jempol. Ijin copas ya buat 'amunisi' kalo 'ditembak' buat sharing di kampus :) thanks God buat kebenaran firmanMu ;) thanks juga bro udah mengulik2 & menggabungkannya, hahaha
BalasHapussilahkan bro. :)
BalasHapus